Magelang, selama bertahun-tahun dikenal dnegan slogan, Magelang kota harapan
(Hidup Aman Rapi Asri Nyaman) sejak tahun 2012 Bapak walikota yg baru menggantinya menjadi
"Magelang Kota Sejuta Bunga"
Harapannya dengan ditanamkan filosofi tersebut serta ditanamkan bunga yang sesungguhnya, akan banyak wisatawan yg datang ke Kota yg indah ini, dan "Mugi-mugi kita sami saged dados slah satunggaling sekar kangge Kuta Magelang" (Semoga kita semua (masyarakat Kota Magelang) dapat mejadi salah satu bunga untuk Kota Magelang, berprestasi dibidangnya masing-masing serata, mempromosikan dan juga menggundang wisatawan untuk datang ke Kota sejuta bunga, Magelang.
Nah, mau jalan2 ke Kota Magelang, enaknya jalan2 kemana ya?
Source: (Makalah saya sendiri,(Andre Wijaya Binarto 2010 untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang)
Obyek Minat Khusus
Upacara Kirab Pusaka
Prosesi kirab pusaka ini diselenggarakan di kampung Tidar Warung Kelurahan Tidar Selatan setiap tanggal 10 jumadilakhir (tahun jawa) di dalam upacara ini dua pusaka dikirabkan dan dijamasi, yaitu sebuah tombak bernama Kyai Garu dan keris bernama Kyai Sumpyuh . Kyai Sumpyuh dipercaya dapat menyatukan masyarakat setempat dan dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Dalam kirab ini kedua pusaka diajak keliling kampung Tidar. Bila panen berhasil biasanya acara kirab ditutup dengan kesenian rakyat berupa kuda lumping, ketoprak atau wayang kulit.
Alamat : Kampung Tidar Warung Kota Magelang.
Peta lokasi : Berada di sebelah timur bukit Tidar, 1 Km dari pusat kota.
Upacara Saparan
Saparan merupakan upacara tradisional yang ada kaitannya dengan cerita rakyat yang terdapat di Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara. Diselenggarakan pada bulan sapar ( Bulan Jawa ) karena adanya kepercayaan masyarakat bahwa pemujaan atau penghormatan pada roh nenek moyang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Upacara ini dimaksudkan untuk memberi sedekahan sebagian hasil bumi.
Cerita lain mengatakan bahwa tradisi ini diadakan sejak keturunan ke-4 Kyai Sanggrah yaitu Wiryo Diwiryo yang menjabat sebagai lurah.
Upacara Nyadran Makam Kyai Tuk Songo
Upacara nyadran / Perti desa diselenggarakan di makam Kyai Tuk Sango di wilayah Kelurahan Cacaban, tepatnya dipinggir sungai progo pada setiap hari Jumat Pon Bulan Dzulhijah dengan membersihkan makam, membaca tahlil, dan terakhir makan bersama dengan masakan khas "Gulai Kambing" yang dimasak masyarakat dan pantang untuk dicicipin. Upacara ini dipercayakan masyarakat sebagai "tameng " dari segala bencana.
Upacara Nyadran Makam Kyai Dudo
Upacara nyadran juga dilaksankan di Dukuh Dudan Kelurahan Tidar Selatan pada setiap bulan Ruwah ( bulan jawa ) atau Syaban ( bulan Islam ) dengan mengambil hari pasaran Jawa Kliwon.Tradisi ziarah makam ini dimaksudkan untuk mendoakan Kyai Dudo , seorang pahlawan yang telah berjasa melawan penjajah Belanda sewaktu perang Diponegoro, diman jasad beliau dimakamkan di Dukuh ini. Dari nama " Kyai Dudo" inilah kemudian dukuh ini disebut "Dudan". Oleh masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya makam tersebut sampai sekarang masih dipercaya dapat memberikan berkah sehingga pada hari Jumat Kliwon dan Jumat Wage banyak dikunjungi peziarah.
Peringatan Hari Jadi Kota Magelang
Upacara peringatan Hari Jadi Kota Magelang Tengah diselenggarakan setiap tanggal 10 April di kampung Meteseh kelurahan Magelang. Di Kampung inilah prasasti Mantyasih yang merupakan cikal bakal sejarah Kota Magelang ditemukan, sehungga setiap tahun pula acara memperingatai hari jadi Kota Magelang diadakan di kampung ini. Acara peringatan ini biasanya di akhiri dengan pementasan wayang kulit semalam suntuk.
Arung jeram Progro Asri
Memilik jarak tempuh 9 km, jarak dari pusat kota 1 km ke arah selatan. Objek wisata luar kota yang terdekat dengan tempat ini adalah Borobudur (19km), Kopeng (35km), Monumen Jogja Kembali (42km), Prambanan(50km).
Keunikan khas yakni menikmati arus Sungai Progo dan pemandangan sekitarnya.
Fasilitas di antaranya, makan, asuransi, pos keamanan/SAR, pos kesehatan/P3K, pemadu, kantor informasi, transportasi kembali ke hotel dan kamar.
Waktu kunjung setiap hari pukul08.00 s.d. 14.00 WIB
Retribusi : Tamu hotel dan umum Rp96.000,00 per orang ( khusus tamu hotel mendapat discount)
Harga (2010)
Obyek Buatan Manusia
Museum Jendral Sudirman
Terletak di Jl. Ade Irma Suryani C.7 Badaan Kota Magelang dan berdiri Tahun 1930.
Memiliki luas sebesar 400 m2, jarak dari pusat kota 1 km ke arah utara. Objek wisata luar kota yang terdekat dengan museum ini adalah Borobudur (18km), Kopeng (32km), Monumen Jogja Kembali (42km), Prambanan(50km), Dieng ( 50 )
Lokasi : Depan Taman Badaan.
Keunikan khas yang dimiliki museum ini adalah merupakan tempat wafat Jenderal Sudirman, terdapat perlengkapan rumah tangga keluarga Jenderal Sudirman dan meja tempat pensucian jenazah, Tempat Tidur.
Museum ini memiliki cerita sejarah yaitu riwayat hidup Jenderal Sudirman.
Fasilitas yang diberikan ditempat ini adalah kantor informasi swasta, pemandu, tempat parkir, kamar mandiWC dan tempat penjualan cinderamata, Musala, Taman.
Waktu kunjungan ke museum ini setiap hari mulai pukul 08.00 WIB-14.00 WIB.
Museum Badan Pemerikasaan Keuangan RI
Museum ini mempunyai luas 300 m2, jarak dari pusat kota 0,5 km ke arah barat dan beralamat di Jalan Diponegoro No. 1 Kota Magelang dan terletak di sayap kiri kompleks Eks Kantor Karesidenan Kedu, merupakan Kantor BPK RI pertama sejak 1 januari 1947 s/d 6 nopember 1948, memiliki koleksi buku-buku berupa laporan hasil Pemeriksaan BPK, dua puluh lima tahun BPK dan setengah abad BPK mengabdi Bangsa, Benda hiraldika berupa benda-benda tanda jasa, lambang dan pangkat resmi, benda grafika berupa foto-foto asli/repro perkembangan gedung BPK, ketua-ketua BPK, kegiatan BPK, dan misi BPK yang akan datang, benda replika berupa dua buah patung tempat memasang pakaian dinas yang pernah dipakai oleh BPK beserta satu set tanda pangkat, patung setengah badan R.Soerasno, ketua BPK pertama, gedung BPK Pusat setelah dilakukan pengembangan/perluasan, benda etnografika seperti meja kursi, lemari, mesin ketik, telepon dan kamera, koleksi hasil abstraksi berupa Peta Indonesia yang terbuat dari kuningan yang dilengkapi dengan tulisan Pembukaan UUD 1945 dan tulisan pasal 23 ayat 5, Lukisan batik yang menggambarkan misi dan konstitusional BPK .
Objek wisata luar kota terdekat : Borobudur ( 12 km ), Kopeng ( 33), Monumen Jogja Kembali ( 44 km ), Prambanan ( 53km )
Mempunyai Keunikan Khas : Bangunan I Kantor BPK, foto sejarah perjuangan BPK, Koleksi barang perjalanan BPK.
Cerita Sejarah : Sejarah berdirinya Badan Pemeriksa Keuangan
Fasilitas : Pemandu, tempat parkir, kamar mandi/WC
Waktu Kunjungan : Setiap hari 08.00 s/d 16.00WIB
Museum Pangeran Diponegoro
Memiliki luas 2552 m2, jarak dari pusat kota adalah 0,5 km ke arah barat. Objek wisata luar kota yang terdekat dengan museum ini adalah Borobudur (21km), Kopeng (32km), Monumen Jogja Kembali (44km), Prambanan(52km), Dieng ( 65 km )
Fasilitas lain yang diberikan antara lain : Kitab Takhrib tulisan Kyai Langi merupakan buku bacaan P.Diponegoro, meja dan kursi tempat perundingan Pangeran Diponegoro dengan Jenderal Kock, peralatan minum Pangeran Diponegoro dan jubah Pangeran Diponegoro.
Waktu kunjungan ke museum ini setiap hari mulai pukul 08.00 WIB-14.00 WIB.
Cerita Sejarah : Berdiri tahun 1821 Gaya arsitektur Gothic terletak di sebelah Utara kompleks Karasidenan Kedu. Gedung ini sejak dahulu sampai sekarang berfungsi sebagai Kantor Pemerintah.
Museum Taruna Abdul Jalil
Terletak di Jalan Gatot Subroto Komplek Akmil Magelang . Memiliki luas 980 m2, jarak dari pusat kota adalah 1 km ke arah selatan. Obyek Wisata terdekat dari museum ini adalah Borobudur (17km), Kopeng (33km), Monumen Jogja Kembali (41km), Prambanan(50km).
Keunikan khas yang dimiliki adalah koleksi senjata dan peralatan pendidikan sejak AMN.
Fasilitas lain yang diberikan : pemandu, toko cinderamata, mushola, kamar mandi/wc umum, pos kesehatan/ P3K, Pos Keamanan, tempat pemutaran film sekilas Akademi Militer Magelang.
Waktu Kunjungan ke museum ini setiap hari (dengan mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Gubernur Akmil)
Museum Asuransi Bumi Putera 1912
Museum ini mempunyai luas 125 m2
Jarak dari pusat Kota Wisata : 0,5 km arah utara
Objek Wisata Luar Kota terdekat : Borobudur ( 18 km), Kopeng ( 32 km ),
Monumen Jogja Kembali ( 43 km), Prambanan ( 50 km).
Mempunyai keunikan khas : Koleksi uang RI Tahun 1940,1960, Koleksi Mesin Ketik dan Mesin Cetak Kuno, Foto-foto sejarah berdirinya Asuransi Bumi Putera 1912.
Cerita Sejarah : Sejaraha berdirinya Asuransi Jiwa Bersama Buni Putera 1912.
Waktu Pengunjung : Setiap hari mulai 08.00 s/d 14.00 WIB
Borobudur Internasional Golf and Countri Club
Padang golf internasional dengan 18 hole, terbuka tidak hanya bagi member saja.
Berjarak 1 Km dari pusat kota Magelang, berada di sebelah selatan kota Magelang sebelah barat kaki bukit Tidar.
Alamat : Jln. Gatot Subroto No. 1
Telepon : 0293-313758
Fax : 0293-313757
Email :golf@borobudurgolf.com
Sendang Drajat
Berlokasi di Kampung Tulung kel.Magelang dan . Merupakan tempat yang banyak dikunjungi peziarah dari luar kota untuk ngalab berkah atau mohon berkahTuhan lewat meditasi di tempat ini agar ditinggikan derajat atau pangkat dan dibebaskan dari segala nestapa.
Watu Lumpang
Berlokasi di Meteseh Jayengan Kel.MAgelang. dan Merupakan petilasan jaman Mataram Hindu, sewaktu Mantyasih ditetapkan sebagai daerah Sima kepatihan (ditetapkan sebagai hari jadi Kota Magelang).
Taman Kyai Langgeng
Terletak di Jalan Cempaka No. 6 Kota Magelang. Taman Kyai Langgeng ini memiliki luas 28 Ha. Jarak dari pusat Kota adalah 1 km ke arah selatan. objek wisata luar kota yang terdekat dengan Kyai Langgeng adalah Borobudur (19km), Kopeng (35km), Monumen Jogja Kembali (42km), Prambanan(50km).
Taman Kyai Langgeng telah memiliki rencana induk, atraks kesenian yang sering ditampilkan adalah Orkes dangdut, Kuda Lumping, Reog, Kuntulan. Keunikan khas yang terdapat di obyek wisata ini adalah koleksi tanaman langka.
Mempunyai fasilitas Taman Indah dan Nyaman, Observasi tanaman langka, joglo semar,rumah apung panjang, rumah apung bulat, rumah putih, rumah apung kereta api, joglo pandan arum, panggung terbuka setiap minggu pahing selalu didakan pentas Orkes Melayu.
Mempunyai arena bermain Jet couster, kolam renang kereta mini, bianglala, komedi putar, becak air, kereta air, kuda mini, taman lalu lintas, aquarium, anjungan berputar.
Desa Buku
Konsep desa buku ini diadaptasi dari konsep “Book Village” yang digagas oleh Richard Booth pertama kalinya di tepian sungai Wey yang berlokasi di pegunungan Black Mountains, Wales, Inggris, pada tahun 1961. Desa Buku di Taman Kyai Langgeng resmi dibuka untuk umum sejak tahun 2004 lalu. Ini merupakan Desa Buku pertama di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara setelah Desa Buku di Malaysia. Pengelolaan Desa Buku bukan oleh Pemkot Magelang akan tetapi bersama dengan warga masyarakat setempat dilibatkan secara aktif. Sejak pertama kali dibuka hingga sekarang terdapat sekitar 7ribuan buku dengan 5ribuan judul buku mengenai filsafat, politik, ekonomi, pengembangan diri, agama dan seni serta sastra budaya.
Menara Air Minum
Berlokasi : Di alun-alun Kota Magelang, dikelola oleh Perusda Air Minum Kota Magelang dan berdiri 1920.
Keunikan khas : Bangunan masih asli ( belum pernah diperbaiki ), jumlah pilar 32, Tinggi bangunan 23 m dan luas bangunan 526 m2 dapat menampung air sebanyak 1.750.000 liter air.
Sejarah Singkat : Dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsiteknya bernama Thomas Kharsten, bangunan bawah dari menara semula dibagi-bagi menjadi 13 ruangan melingkar berdiri dari kantor laboratorium dan pelayanan pelanggan, bekas kantor ini difungsikan sebagai gudang . Sampai saat ini masih berfungsi untuk mendistribusikan air minum bagi warga Kota Magelang dan saat ini menara air Kota Magelang dapat dikatakan sebagai Land Marknya Kota Magelang.
Klenteng Tri Bhakti
Wisata ini berdiri tahun 1964 yang terletak di Jalan Aloon Selatan no.2 dan dikelola oleh Yayasan Tri Bhakti Magelang
Sejarah : Gedung ini dibangun oleh Bhe Koen Wie, seorang Kapten Tionghoa yang kaya raya pada masa penindasan Belanda terhadap masyarakat Tionghoa, sehingga banyak golongan Tionghoa melarikan diri dari Batavia menuju daerah aman seperti Semarang dan Mataram.
Makam Kyai Syekh Subakir
Makam ini terletak di Puncak Gunung Tidar Kel. Magelang dan dipercaya sebagai penghuni pertama Gunung Tidar.
Bangunan Pustaka Kota Magelang
Di kota Magelang masih banyak dijumpai bangunan-bangunan peninggalan masa kolonialisme Belanda. Dari pendataan yang dilakukan Kantor Disporabudpar Kota Magelang dan penelusuran penulis, telah terdaftar lebih 40 bangunan yang tergolong bangunan pusaka (heritage).
Sebagian besar bangunan itu mewakili masa dan gaya yang khas yang disebut bangunan indies, atau bangunan yang memiliki ciri-ciri arsitektur campuran antara Belanda dengan Jawa dan suku-suku lain di Indonesia. Bangunan-bangunan indies yang terdapat di kota Magelang didominasi oleh gaya arsitektur Indische Empire Style dan Gothic, yang berkembang di Hindia Belanda pada tahun 1900-an.
Selain bangunan indies, juga terdata beberapa bangunan yang tidak mewakili gaya tertentu, karena merupakan sarana umum, seperti Alun-alun, Taman Badaan, selokan di atas kota, dll. Bangunan-bangunan yang telah didata kemudian dikelompokkan berdasarkan fungsi bangunan pada saat ini.
SARANA PERIBADATAN.
01. GEREJA GPIB.
Jl. Alun-alun Utara No.4
Bangunan seluas 291 m2, di atas tanah 2312 m2, dengan tinggi 15 m, ini berdiri pada tahun 1817. Bangunan bergaya arsitektur Gothic, ini sejak semula hingga kini berfungsi sebagai gereja Kristen (GPIB). Kondisi bangunan baik dan terawat, tidak banyak perubahan atau penambahan bangunan.
02. GEREJA GPIB.
Jl. Urip Sumohardjo No.17
Bangunan bergaya arsitektur Gothic, ini berdiri 12 November 1923. Kondisi bangunan seluas 225 m2, berdiri di atas tanah 980 m2, ini nampak baik dan terawat. Sejak awal hingga kini, bangunan setinggi 12 m, ini berfungsi sebagai gereja.
Gereja ini merupakan perluasan dari Gereja GPIB yang ada di Jl. Alun-alun Utara. Peletakan batu pertama pembangunan gereja ini dilakukan oleh Azing Bakker pada tanggal 12 November 1923. Hal ini dapat dilihat pada prasasti yang terletak di dinding sisi kanan pintu masuk gereja, yang berbunyi de Eerste Steen Gelego Dool Azing Bakker 12 November 1923.
LB/LT/TB 670 m2/13.000 m2/8 m.
03.Gereja Santo Ignatius Magelang
Tanggal-tanggal yang menengarai awal sejarah Gereja St. Ignatius Magelang, adalah tanggal 10 September 1865, ketika terjadi pembaptisan atas Yoseph (4 th.) dan Sanisa (1 th.) putra Joannis Kumarurung dan Waivar, yang bertempat tinggal di Ambarawa. Data tersebut tertulis pada Buku Permandian I. Buku Permandian tersebut merupakan kutipan dari Buku Permandian Paroki St. Petrus Kidul Loji, Yogyakarta, yang wilayah pelayanannya meliputi Magelang.
Setelah jumlah umat Katolik semakin meningkat, ada pemikiran untuk meningkatkan penggembalaan. Tanggal 30 Mei 1889, bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ke surga, Rm. F. Vogel SJ datang dan mulai menetap di Magelang. Pada awalnya beliau tinggal di Hotel Looze yang berada di sebelah timur Aloon-aloon Kota Magelang.
2 Januari 1900, tujuh Suster Fransiskanes (OSF) mulai tinggal dan berkarya di Magelang.
15 Juli 1900, dibelilah sebidang tanah dengan bangunannya, yang dipergunakan sebagai tempat ibadat. Ada upaya untuk membangun Gereja pada awal Maret 1899, namun Rm. F. Vogel harus mendampingi para serdadu dalam peperangan di Lombok, pembangunan Gereja tersebut ditunda. Barulah pada 31 Juli 1899 di bawah terpaan derasnya hujan dilakukan upacara peletakan batu pertama pembangunan Gereja. 22 Agustus 1900 Gereja mulai dipergunakan untuk perayaan Ekaristi. Pemberkatan gedung Gereja secara sangat meriah dilaksanakan pada tanggal 30 September 1900 dalam Misa Konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr. Luypen dari Batavia. Romo Paroki Magelang pada waktu itu adalah Rm. Heuvel SJ. Beliau menggantikan Rm. F. Vogel SJ yang pulang ke negeri Belanda karena alasan kesehatan.
Perkembangan baru terjadi ketika orang pribumi mulai membuka diri terhadap panggilan Tuhan. 27 Juni 1913 Margareta Soewini (14 th.) anak pak Amad dan Ibu Sanah menerima sakramen permandian. Kemudian diikuti oleh Bp. Marta wiardja dan ibu Vic. Amini yang membaptiskan bayinya, Maria Moerjati.
Tanggal 15 September 1923 ada 12 orang dipermandikan oleh Rm. B. Hagdoorn SJ. Perkembangan umat yang terjadi dari tahun ke tahun memunculkan pemikiran untuk memperluas bangunan gereja. Maka bertepatan dengan Pesta Maria diangkat ke surga, 15 Agustus 1926 dimulailah perluasan gedung gereja dengan menambah dua sayap selebar 3,5 meter ke kiri dan ke kanan.
Perang Asia Timur Raya yang dikobarkan oleh Jepang membawa dampak negatif bagi kehidupan Gereja, termasuk di Magelang. Banyak Romo dimasukkan kamp interniran. Pelayanan bagi umat tersendat. Beberpa paroki yang romonya diinternir, kembali dilayani dari Magelang, misalnya Temanggung dan Rowoseneng. Setelah Jepang menyerah dan Indonesia menyatakan kemerdekaannya, situasi Gereja masih memprihatinkan. 30 Oktober 1945 tentara Inggris dengan pasukan Gurkha datang dan menduduki gedung Susteran dan mempergunakannya sebagai markas. Keesokan harinya, 1 November 1945, drama berdarah menimpa keluarga Pastorang St. Ignatius Magelang. Lima Romo, dua Frater, satu Bruder dan dua pemuda diculik oleh sekelompok pemuda. Dengan dasar tuduhan telah terjadi penembakan yang berasal dari halaman Pastoran, mereka dijatuhi hukuman mati oleh kelompok pemuda tersebut. Mereka dibunuh di Giriloyo magelang, dan dimakamkan dalam latu lubang. Tanggal 4 Agustus 1950 jenazah mereka dipindahkan dan dimakamkan kembali di Kerkop Muntilan, bersama dengan Rm. Sanjaya Pr dan Fr. H. Bouwens SJ.
Tahun 1952 Suster-suster CB (Carolus Borromeus) datang dan membenahi Susteran. 1 Juli 1953 sekolah-sekolah Susteran dibuka kembali.
Kehidupan umat semakin mantap dengan munculnya berbagai kelompok MC (Maria Congregatio) untuk bapak-bapak, ibu-ibu dan muda-mudi. MKI (Muda Katolik Indonesia), AMKRI (Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia), PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), Partai Katolik dan Wanita Katolik Republik Indonesia.
Gereja St. Ignatius Magelang terus hadir, mewujudkan perutusannya bersama umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan menekuni bidang-bidang hidup menggereja dengan semangat Santo Ignatius: Ad Maiorem Dei Gloriam: siupaya Tuhan semakin dimuliakan.LB/LT/T 1791 m2/13.000 m2/16 m. Bangunan bergaya arsitektur Neo-Gothic, itu berdiri tgl 31 Juli 1899. Dari semula hingga kini, bangunan seluas 1791 m2 dan berdiri di atas tanah 13.000 m2, ini berfungsi sebagai gereja katholik. Kondisi bangunan nampak terawat dengan baik, tidak banyak mengalami perubahan.
Bermula dari sebuah rumah yang dibeli oleh Romo F.Voogel pada tahun 1865. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan peribadatan, rumah itu dikembangkan menjadi pasturan yang melayani warga tangsi militer yang beragama Katholik.
Seiring pertambahan penduduk, baik masyarakat Belanda, Indo, serta warga pribumi yang tertarik pada ajaran agama katholik, maka pada tahun 1899, didirikan gereja di sebelah timur pasturan. Selanjutnya gereja ini tidak hanya melayani warga tangsi militer tapi juga masyarakat umum.
Tadinya gereja yang didirikan hanya berupa gereja kecil yang berdaya tampung 300 orang. Kemudian pada tahun 1920, gereja tersebut diperluas hingga menjadi seperti sekarang.
04 PASTURAN ST. IGNATIUS..
Jl. Laksda Yos Sudarso.
Bangunan dengan luas 670 m2, dan berdiri di atas tanah 13.000 m2, ini semula berfungsi sebagai rumah tinggal. Kini, bangunan bergaya Gothic, yang berdiri pada tahun 1865, itu digunakan menjadi pasturan. Bangunan setinggi 8 m itu kondisinya terlihat baik dan terawat.
Bermula dari sebuah rumah yang dibeli Romo F Voogel pada tahun 1865. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan peribadatan umat Katholik, rumah Romo F Voogel itu dijadikan pasturan. Sebelum melayani masyarakat umum, pasturan itu hanya melayani penghuni tangsi militer.
Di pasturan ini tercatat dua orang pastur legendaries dalam sejarah sastra Indonesia, yaitu Romo Zoetmulders dan Mangunwidjaja. Romo Zoetmulders adalah penulis ‘Kalangwan’, sebuah ensiklopedi sastra Jawa yang spektakular.
Sedangkan Romo Mangun adalah pastur, sastrawan, arsitek, dan pemberdaya masyarakat terkemuka. Karya sastra Romo Mangun antara lain berupa buku Burung-burung Manyar, Trilogi Roro Mendut, Romo Rahadi, Durga Umayi, dll. Sedangkan karya arsitekturalnya diantaranya berupa ‘Rumah Kali Code’, hunian asri bagi kaum marjinal di pinggir Kali Code, Yogyakarta.
05. GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) Magelang.
Jl. Tentara Pelajar No. 106.
Bangunan seluas 198 m2, dengan tinggi 10 m, ini bergaya arsitektur Gothic. Bangunan yang berdiri tahun 1921, ini hingga kini kondisinya baik dan terawat. Terdapat perubahan pada panil jendela, dulu dari kayu krapyak kini terbuat dari kaca. Sejak awal hingga kini berfungsi sebagai gereja.
SARANA PENDIDIKAN.
06. SMK (SMIP) WIYASA.
Jl. Tidar No.36.
Gedung yang berdiri tahun 1930, ini memiliki luas 1629 m2, di atas tanah 2530 m2. Hingga kini kondisi bangunan baik dan terawat. Perombakan bangunan di sisi selatan kini digunakan sebagai mini hotel, karena kini gedung ini difungsikan sebagai Sekolah Menengah Industri Pariwisata WYASA.
Pada masa penjajahan Belanda, gedung ini dijadikan Hollandsche Chineseche School (HCS). Sedangkan pada jaman Jepang beralih fungsi menjadi markas Kempetai. Gedung ini merupakan saksi sejarah gugurnya lima pejuang Indonesia, yang berusaha mengibarkan bendera merah-putih di puncak Tidar pada tanggal 25 September 1945. Monumen peringatan gugurnya lima pejuang itu didirikan tepat di seberang gedung ini.
07. SLTPN 1 Magelang.
Jl.Pahlawan No.66.
Gedung bergaya arsitektur Gothic ini memiliki luas 1875 m2, tinggi 10 m, dan berdiri di atas tanah 13.800 m2. Kondisi bangunan yang berdiri pada tahun 1930 ini nampak baik dan terawat. Perubahan pada jendela, dalu dari kayu krapyak, kini diganti dengan panil kaca. Halaman tengah kini didirikan sebuah pendopo. Bangunan yang dulu berfungsi sebagai Meer Uitgebrei Lager Onderweijs (MULO), itu kini digunakan sebagai SLTPN 1.
Pada awalnya, MULO ini merupakan sekolah tingkat menengah pertama yang dikelola Gubernemen. Kemudian sempat diambil alih oleh sebuah yayasan Kristen, dan sebelum menjadi sekolah negeri, sempat dikelola Perguruan Taman Siswa. Pada saat pertama kali dibuka, sekolah ini hanya memiliki 3 ruang kelas dan 4 orang guru.
08. SMK PIUS X.
Jl. Achmad Yani.
Gedung yang berada di dekat Alun-alun ini dulunya adalah………. Pada masa pendudukan Jepang sempat dijadikan markas militer. Kini dikuasai yayasan pendidikan Katholik dan dijadikan kompleks sekolah Tarakanita, di antaranya SMK PIUS X.
SARANA PERKANTORAN.
KOMPLEKS EKS KARESIDENAN KEDU.
Di kompleks seluas 54.000 m2 ini terdapat beberapa gedung atau bangunan yang bersejarah, antara lain eks rumah residen Kedu yang kini jadi Museum Diponegoro, kantor Karesidenan yang kini jadi Bakorwil II Jateng, Museum BPK, dan bangunan yang dulu sempat digunakan sebagai Universitas Gajah Mada Cabang Magelang, dll.
Sekarang juga berdiri mesjid dan ruang pertemuan, yang gaya arsitekturnya menyesuaikan dengan bangunan lainnya.
09. RUMAH RESIDEN.
Jl. Diponegoro No. 1.
Gedung seluas 2034 m2, tinggi 8 m, ini bergaya arsitektur Indische Empire Style. Kondisi bangunan dan lingkungan hingga kini nampak terawat dengan baik. Gedung yang awalnya digunakan sebagai kediaman residen Kedu ini dibangun pada tahun 1813 oleh JC. Schulze atas perintah Gebernur Jenderal Belanda. Bangunan asli awalnya terbuat dari bambu. Pada tahun 1819 dibangun kembali menjadi semi permanen dari bata, semen, dan bambu.
Di gedung inilah, pada tahun 1830, berlangsung perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock, yang kemudian berakhir dengan penangkapan sang pangeran beserta pengikut setianya. Dengan ditangkapnya pemimpin perjuangan itu, maka berakhirlah ‘perang rakyat’ selama lima tahun yang tercatat paling banyak menguras harta kekayaan kerajaan Belanda.
Kini gedung ini dijadikan Museum Diponegoro. Di dalamnya tersimpan beberapa peninggalan sang pangeran, antara lain: jubah, Al-Quran, dan seperangkat meja-kursi tempat perundingan berlangsung. Di salah satu kursi, tepatnya di pegangan sebelah kanan, ada bekas kerutan yang dipercaya sebagai ekpresi kemarahan sang pangeran karena merasa ditipu oleh Jenderal De Kock.
Bagi orang-orang dari kota Makasar, tempat meninggal dan dikuburnya Pangeran Diponegoro, juga berlaku kepercayaan, mereka akan naik pangkat atau berhasil karirnya kalau pernah memegang kursi itu. Walahuallam
10. KANTOR KOORDINASI PEMBANGUNAN WILAYAH II Prop.Jawa Tengah.
Jl. Diponegoro No. 1.
LB/LT/T: 2552 m2/54.000 m2/8 m. Bangunan yang berdiri tahun 1821, itu hingga kini kondisinya nampak terawat dan berfungsi dengan baik . Bangunan bergaya arsitektur Gothic itu dulunya merupakan kantor Residen Kedu. Kini, bangunan seluas 2552 m2, setinggi 8 m, itu difungsikan sebagai kantor Koordinasi Pembangunan Wilayah II Jawa Tengah.
11. MUSEUM BPK.
JL. Diponegoro Di gedung inilah dulu pertama kalinya dibentuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) oleh pemerintah Republik Indonesia. Hal ini menandakan bahwa Magelang, sejak dulu, telah menempatkan dirinya sebagai kota penting di Indonesia.
Banyak institusi atau peristiwa penting yang berlangsung atau berawal dari kota kecil ini. Selain BPK, yang sejarahnya berawal dari Magelang antara lain: Asuransi BumiPutera, Kongres Kebudayaan Indonesia ke I, dll.
12.KANTOR CATATAN SIPIL.
Jl. Laksda Yos Sudarso No.31 C. Tidak ada data tahun berdirinya gedung berarsitektur Gothic ini. Kondisi bangunan cukup terawat. Pada jaman Belanda, gedung seluas 720 m2, setinggi 10 m, ini digunakan sebagai sekolah HKS (Hollandsche Kweekschool), dan kini digunakan sebagai Kantor Catatan Sipil Kota Magelang.
Dulu, sebagai kompleks sekolah seluas 10.500 m2, ini memiliki empat bangunan. Bangunan sekolah berada di tengah (kini Kantor Catatan Sipil), rumah kepala sekolah berada di selatan bangunan sekolah (kini Kantor Transmigrasi), sedangkan asrama terletak di belakang sekolah (sekarang TK Pertiwi) dan sebelah utara sekolah (kini Perusda Percetakan Kab. Magelang).
13.KANTOR PEKERJAAN UMUM.
Jl. Laksda Yos Sudarso No. 31 C.
Gedung bergaya arsitektur Gothic, ini dulunya merupakan ruang Kepala Sekolah HKS. Bangunan seluas 400 m2, tinggi 8 m, ini kondisinya nampak terawat baik. Kini dijadikan Kantor Pekerjaan Umum (PU).
14.KANTOR TRANSMIGRASI.
Jl. Laksda Yos Sudarso No. 31 C.
Seperti juga bangunan lain di kompleks ini, bangunan seluas 375 m2, di atas tanah 720 m2, ini tidak ada data kapan berdirinya. Kondisi bangunan setinggi 8 m, dan dulunya merupakan rumah kepala sekolah HKS, ini nampak terawat baik. Kini bangunan bergaya Gothic ini dijadikan kantor Transmigrasi.
15.EKS KANTOR PENERANGAN UMUM.
Jl. Kartini No.2.
LT/LB/T: 567 m2/2300 m2/8 m. Gedung beratap tradisional Jawa ini tidak diketahui kapan berdirinya. Kondisi bangunan seluas 567 M2, di atas tanah 2300 M2, ini nampak terawat baik. Ada penambahan pendopo. Dulunya bangunan setinggi 8 m, ini berfungsi sebagai kantor Landbouwvoorlichtingdients. Sempat dijadikan Kantor Penerangan Umum, dan kini entah karena apa tidak difungsikan lagi.
16.EKS. BANGUNAN ASURANSI BUMIPUTERA 1912.
Jl. Tentara Pelajar
Gedung seluas 180 m2, di atas tanah 400 m2, beratap limasan, ini dulu merupakan kantor awal berdirinya asuransi BumiPutera 1912. Gedung setinggi 8 m, yang tidak diketahui kapan berdirinya ini, kini tidak diketahui difungsikan sebagai apa.
SARANA MILITER DAN KEAMANAN.
17.POLRESTA MAGELANG.
Jl. Alun-alun Selatan Magelang.
Gedung seluas 500 m2, di atas tanah 750 m2, ini dulu digunakan sebagai Sekolah Menengah MOSVIA (Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren). Gedung setinggi 10 m, yang didirikan pada tahun 1878, ini masih nampak terawat dengan baik. Kini gedung ini digunakan sebagai Kantor Mapolresta Magelang.
Sebagai sekolah pamongpraja pertama di Hindia Belanda, tentu telah banyak lulusan yang mungkin memiliki jejak penting dalam sejarah politik Indonesia, seperti halnya sekolah STOVIA di Jakarta. Sayang, catatan tentang sekolah dan lulusannya tidak ditemukan hingga kini.
18.SEKOLAH CALON BINTARA (SECABA).
JL. Pahlawan.
Bangunan seluas 135 m2, tinggi 10 m, beratap limasan landai, ini tidak diketahui kapan berdirinya. Kondisi bangunan yang dulu berfungsi sebagai sarana militer ini nampak terawat cukup baik. Kini digunakan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba).
19.KESATRIAN DIPONEGORO.
JL. Kesatrian Lor.
Bangunan beratap limasan, seluas 540 m2, dan tinggi 10 m, ini diperkirakan berdiri tahun 1900-an. Hingga sekarang kondisinya cukup terawat baik. Seperti dulu, bangunan ini sekarang juga digunakan sebagai bangunan militer.
Pada masa perang Diponegoro (1825-1830), Jenderal De Kock memindahkan markas besar pasukannya dari Surakarta ke Magelang. Sejak tahun 1828 itu, Magelang dijadikan pusat pengaturan/markas pasukan Belanda untuk wilayah barat. Untuk menunjang kehadiran pasukan tersebut banyak didirikan bangunan dan fasilitas militer. Pasukan militer ini bertempat tinggal di tangsi yang terletak di Grooteweg Noord (kompleks RINDAM A.Yani).
20.PONDOK SRITI.
JL. Kesatrian Wetan.
Bangunan bergaya arsitektur Gothic ini didirikan pada tahun 1900-an. Bangunan seluas 963 m2, ini merupakan bagian dari fasilitas militer yang dibangun Jenderal De Kock. Kondisi bangunan setinggi 10 m, yang sejak dulu hingga kini digunakan sebagai tangsi militer itu terlihat kurang terawat.
21.MAKODIM MAGELANG.
Jl. RS Tentara No. 1.
Bangunan seluas 273 m2, tinggi 8 m, beratap limasan, yang kini dijadikan kantor KODIM Magelang, ini dulunya juga fasilitas militer yang dibangun Jenderal De Kock.
22.POLWIL KEDU.
JL. A.Yani.
Pada jaman Belanda, bangunan seluas 560 m2, yang tidak diketahui kapan didirikan ini, dikenal sebagai Hotel Montagne. Pada masa pendudukan Jepang nama hotelnya diganti menjadi Hotel Nikata. Ketika Jepang takluk, Sekutu mengubah fungsinya menjadi Markas RAPWI (Recovery of Alied Prissoners of War and Interneers).
Pada saat agresi militer ke II, bangunan yang berdiri di atas tanah 6160 m2, ini sempat hancur. Setelah kemerdekaan direnovasi sesuai aslinya, dan hingga sekarang dijadikan Kantor Polwil Kedu
SARANA KESEHATAN.
23.KOMPLEKS RUMAH SAKIT JIWA PROF DR SOEROYO.
JL. A Yani.
Bangunan bergaya Gothic seluas 27.724 m2 ini didirikan pada tahun 1916 oleh Scholtens. Sejak semula, kompleks bangunan yang berdiri di atas tanah 409.450 m2, ini memang diperuntukkan menjadi rumah sakit jiwa dengan nama Krankzinnigengesticht Kramat. Dinamakan Kramat karena di daerah ini terdapat makam Kyai Ponggol yang dianggap kramat (angker).
Kompleks bangunan yang cukup luas ini direncanakan mampu menampung hingga 1400 pasien. Penambahan ruangan selesai pada tahun 1923, dan diresmikan pada tahun itu juga oleh Dr. Engelhard (Direktur Pertama RS itu). Saat itu tercatat jumlah pasinnya mencapai 1100 orang.
Hingga kini bangunan setinggi 12m, ini masih terawat dengan baik, dan tetap berfungsi sebagai rumah sakit jiwa.
24.KOMPLEKS RUMAH SAKIT UMUM TIDAR.
JL. Tidar…
Bangunan bergaya Indische Empire Style, seluas 525 m2 yang berdiri di atas tanah 2312 m2, ini tidak diketahui tahun berdirinya. Tapi yang pasti bangunan setinggi 10 m, ini milik Zendingsziehuiskenhuis (Yayasan Kesehatan Umum) yang dikepalai dr. Drick Meyr, dan secara resmi dibuka sebagai rumah sakit pada tahun 1932.
Pada waktu dr. Drick Meyr diinternir oleh Jepang, pimpinan rumah sakit ini dipegang oleh dr.Kasmolo. Pada tanggal 1 Desember 1943, rumah sakit ini diambil alih oleh kotapraja, dan dipimpin oleh dr. Suparman Cokroatmodjo. Sejak saat itu dikenal sebagai Rumah Sakit Umum Tidar Magelang.
Hingga kini, telah terjadi beberapa pergantian pimpinan. Sedangkan status rumah sakit semakin meningkat, dari tipe D ke tipe C hingga ke tipe B. Sekarang ditetapkan menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Tidar Kota Magelang, yang dipimpin oleh dr. Mardiatmo.
25.BANGUNAN UNIT GAWAT DARURAT.
JL. Tidar……
Pada saat didirikan, bangunan seluas 343 m2, ini adalah bangunan induk rumah sakit. Kini, kondisi bangunan setinggi 10 m, yang terawat baik ini, berfungsi sebagai Unit Gawat Darurat. Ada penambahan berupa dua kamar mandi yang menempel pada dinding sisi selatan.
26.RS TENTARA.
Bangunan seluas 2300 m2 yang bergaya Roman ini, sejak awal didirikan berfungsi sebagai rumah sakit tentara Belanda. Bangunan yang tergolong rumah sakit terbesar di Pulau Jawa, selain di RS Cipto di Jakarta dan RS Cimahi, ini kini terbuka sebagai rumah sakit umum. KOndisi bangunan setinggi 12 m, ini secara umum tergolong terawat baik.
SARANA RUMAH TINGGAL.
27.MESS TENTARA.
JL. Teuku Umar….
Bangunan seluas 225 m2 tinggi 8 m, yang digunakan sebagai mess tentara, ini bergaya rumah deret khas Eropa. Kondisi bangunan relative terawat baik. Kini juga masih digunakan sebagai mess tentara.
28.RUMAH TINGGAL.
Pada awalnya bangunan bergaya Indische Empire Style, seluas 192 m2, ini digunakan sebagai rumah tinggal petinggi militer Belanda. Kondisi bangunan setinggi 8 m, yang masih terawat dengan baik, ini kini ditinggali warga biasa.
29.RUMAH TINGGAL C-6.
JL. Ade Irma Suryani……
Tidak banyak data terungkap dari bangunan seluas 112 m2 dengan tinggi 8 m ini. Kecuali sebagai rumah tinggal, hingga kini kondisi bangunan terawat baik.
30.BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KOMPLEKS KWARASAN.
Kelurahan Cacaban Magelang Selatan.
Bangunan bergaya arsitektur Jawa, dengan atap limas an pacul gowang, ini sejak awal dimaksudkan sebagai kompleks rumah tinggal. Rumah-rumah yang didirikan pada tahun 1937 ini dirancang oleh arsitek terkenal Thomas Kartsen. Kompleks ini dibangun karena kurangnya perumahan bagi warga Belanda, serta lingkungan yang buruk di kampung-kampung saat itu.
Kompleks ini terdiri dari tiga tipe bangunan. Yang paling besar seluas 198 m2 dengan luas tanah 468 m2 tinggi 8 m, terletak di sekeliling lapangan (kini lapangan basket). Yang agak kecil, dulu juga mengelilingi lapangan (kini jadi kantor kecamatan). Dan yang paling kecil, di sebelah selatan lapangan utama.
SARANA UMUM.
31.PLENGKUNG (I; II; III).
JL. Badaan ; JL.SMP2; JL
Bangunan yang didirikan pada tahun 1920 ini dimaksudkan sebagai penyangga selokan sekaligus sebagai gerbang jalan. Hingga kini, bangunan yang masing-masing luasnya 65 m2 dan tingginya 7 m, ini masih terlihat kokoh dan terawatt, serta berfungsi dengan baik.
Plengkung dan selokan di atas kota ini bisa jadi merupakan penanda yang khas. Di Indonesia, mungkin hanya ada di Magelang.
32.SELOKAN DI ATAS KOTA 01.
Selokan yang dibuat pada tahun 1920, ini memanjang di atas kampong Menowo di Magelang Utara, hingga Kemirikerep di Magelang Selatan. Hampir seluruh selokan sepanjang 3 km ini relative lebih tinggi dari pemukiman warga. Sehingga bisa dikatakan selokan ini berada di atas kota Magelang.
Bangunan yang merupakan sarana irigasi ini mungkin satu-satunya yang dibangun pemerintah Belanda di Indonesia. Keberadaan bangunan yyang hingga kini masih kokoh dan berfungsi dengan baik ini membuktikan kehandalan bangsa belanda di bidang bangunan air.
Ada bangunan air lain yang juga lebih tinggi dari jalan dan rtumah warga, yang terletak antara lapangan RINDAM hingga kampung Gelangan. Bangunan air ini merupakan bagian dari Sungai Manggis yang memanjang dari Payaman hingga di utara, hingga Mertoyudan di selatan.
33.MUSEUM JENDRAL SUDIRMAN.
JL. Ade Irma Suryani C-7.
Gedung yang berada di depan Taman Badaan ini memiliki luas 285 m2. Bangunan setinggi 8 m ini berdiri di atas tanah seluas 1329 m2. Di dalam bangunan bergaya Gothic ini Jenderal Sudirman menjalani akhir hidupnya. Ia dirawat dan meninggal di atas ranjang yang kini masih tersimpan dengan baik di gedung ini.
Gedung yang dulu merupakan tempat kediaman pejabat Belanda itu kini difungsikan sebagai Museum Jenderal Sudirman. Di dalamnya, selain ranjang, juga tersimpan seperangkat meja kursi, dan perpustakaan berisi buku-buku perjuangan ‘sang panglima’ dan sejarah militer lainnya.
34.WISMA DIPONEGORO.
JL. Achmad Yani.
Gedung bergaya Indische Empire Style ini sekarang digunakan sebagai wisma, atau penginapan yang bagi tamu-tamu militer dan masyarakat umum. Dulu gedung seluas 450 m2 ini adalah rumah tinggal bagi pejabat militer Belanda. Dengan luas tanah 1200 m2 dan tinggi 8 m, gedung yang terletak di jalur utama kota Magelang ini terlihat anggun dan mewah
.
35.GERBANG KERKKOF.
JL. Ikhlas.
Bangunan bergaya Roman dengan 4 pilar berciri Gothic ini sebenarnya merupakan penggalan dari pintu gerbang makam Belanda (kerkkof) yang dulu berada di belakangnya. Kini makam itu sudah tergusur dan berganti pertokoan dan perumahan.
Bangunan yang didirikan pada tahun 1906, ini kini tinggal menyisakan sosok gerbangnya saja seluas 16,8 m2 dengan tinggi 8,5 m. Kendati terkesan kokoh dan anggun, tapi bangunan ini terlihat janggal dan lucu, dan menimbulkan tanda Tanya. Bangunan apa pula ini, batin mereka yang tak mengetahui sejarahnya.
36.LABORATORIUM KLINIK PRIMA.
JL. Achmad Yani 17.
Gedung yang dulunya rumah tinggal ini kini digunakan menjadi laboratorium klinik. Gedung bergaya Indische Empire Style ini luasnya 400 m2, tinggi 8 m, dan berdiri di atas tanah 840 m2. Letaknya yang berada di jalan utama (JL.A Yani) menjadikan gedung berhalaman luas ini terlihat menyolok dibandingkan gedung-gedung lainnya.
37.EKS STASIUN KEBONPOLO.
JL. Kebonpolo.
Bekas stasiun ini kini jadi kompleks pertokoan dan perlintasan angkutan kota. Dulu berupa kompleks dengan beberapa bangunan di atas tanah seluas 2312 m2. Bangunan utamanya sendiri seluas 770 m2, dengan tinggi 8 m. Kini bangunan yang terletak di tengah kompleks itu tidak berfungsi, dibiarkan mlangkrak tak terawat.
Masih ada bangunan lama yang terletak di sisi selatan kompleks dan kini digunakan sebagai kantor pengelola kompleks pertokoan. Sebuah gerbong yang nampak jadi rongsokan juga masih terlihat menghiasi bekas stasiun ini.
38.KANTOR POS.
JL. Alun-alun Timur
Gedung ini hingga kini masih berfungsi sebagaimana semula, kantor pos dan telegrap. Belum ada data yang lebih valid menyangkut gedung ini. Sedikit informasi, awal 70-an, sutradara film terkenal Garin Nugroho pernah tinggal di rumah dinas yang ada di samping kantor pos ini. Ibunya adalah perempuan pertama lulusan Akademi Pos, yang kemudian sempat menjadi kepala kantor pos Magelang.
39.RUMAH BILLIARD.
JL. Alun-alun Timur.
Gedung yang dulu dimaksudkan sebagai sarana hiburan (billiard) ini, sesungguhnya sosoknya masih utuh. Namun berbagai asesoris dan bangunan tambahan di depannya telah menenggelamkan sosoknya sebagai bangunan lama. Fungsi gedung itu juga telah berubah menjadi sarana permainan anak-anak.
40.PENJARA.
JL.
Bangunan ini merupakan kelengkapan infrastruktur sebuah kota modern, yang dibangun pada awal pemerintahan colonial Belanda menguasai Magelang, awal abad 19. Hingga kini bangunan dan semua sarana penunjangnya masih utuh dan berfungsi dengan baik.
41. ALUN - ALUN KOTA MAGELANG
Lapangan atau ruang terbuka hijau (RTH) yang disebut Alun-alun adalah penanda penting dari sebuah kota. Demikian juga dengan Alun-alun Magelang, yang dibangun oleh pemerintah colonial Inggris setelah menguasai Magelang (akhir abad 18). Alun-alun Magelang, dan kompleks perkantoran di sekelilingnya, merupakan perpaduan gaya arsitektur (tata) kota tradisional Jawa dan kerajaan Inggris. Kantor kadipaten (kabupaten) yang dulu terletak di utara Alun-alun adalah replica kerajaan.
42. TAMAN BADAAN.
Jl. Pahlawan
Taman seluas 1000 m2 ini dulu hanyalah taman bagi perumahan pejabat Belanda yang didirikan di sekitarnya. Lalu di tahun 60-an, pemerintah kota Magelang menempatkan beberapa patung binatang sebgai penghias taman, termasuk diantaranya patung badak. Dari keberadaan patung inilah yang kemudian masyarakat menamai taman ini sebgai Taman Badaan.
43.STADION ABU BAKRIN.
Jl. Tidar
Sebagai kota yang memiliki infrastruktur komplit sejak awal didirikannya, Magelang juga memiliki stadion olahraga yang cukup representative. Stadion yang kini dikuasai Akademi Militer itu disebut Stadion Abu Bakrin. Stadion buatan pemerintah Belanda ini diketahui memiliki struktur (lapisan) tanah yang terbaik, kalau dibandingkan dengan stadion-stadion modern masa kini.
Lapisan tanahnya terdiri rumput, tanah, pasir, gambut, batuan, dll. Sehingga tak pernah terjadi, stadion ini tergenang air, kendati hujan deras mengguyur. Untuk diingat, klub PPSM (Persatuan Perkumpulan Sepakbola Magelang) adalah salah satu pendiri PSSI pada tahun 1937, selain Persija, Persis Solo, Persib Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar