Wonten malih, tuladhan prayogi
Satria gung nagari Ngalengka
Sang Kumbakarna arane
tur iku warna diyu
Suprandene nggayuh utami
Duk wiwit prang ngalengka
Denya darbe atur
Mring raka amrih raharja
Dasamuka tan keguh mring atur yekti
dene mungsuh wanara
Sebuah lirik dari tanah Jawa, lagu jawa bernama Tembang Macapat Tembang(Lagu) (Macapat berarti membaca empat2 "Maca" membaca Pat dari papat atau empat) lagu ini dinyanyikan empat kata empat kata,
Jenis lagu ini disebut "Dandhanggula", dandhanggula menceritakan tentang harapan dan isinya selalu manis seperti "gula". didalam lagu diatas diceritakan tentang seorang tokoh wayang bernama "Kumbakarna" yang berperang demi tanah kelahirannya melawan wanara(bangsa kera putih)
Tokoh ini merupakan tokoh wayang favoritku.
Seperti di artikel sebelumnya, "Kumbakarna" merupakan raksasa yang berwatak kesatria dan benar-benar merupakan perwujudan dari peribahasa "Don't judge a book by it's cover".
Kumbakarna sendiri dalam bahasa sansekerta berarti telinga kendhi. Ia merupakan putra kedua dari Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi (Putri Prabu Sumali, Raja negara alengka sebelumnya). Ia mempunyai 3 saudara
1. Rahwana/Rahvana/Dasamuka
2. Dewi Sarpakenaka
3. Arya Wibisana
Kumbakarna memang dikaruniai watak "Tatag, tangguh, tanggon" watak kesatria dalam gambaran Jawa. Ia bertapa memohon anugrah dari Brahmana. Saat selesai bertapa. Ia dapat bertemu dengan brahmana akan dan boleh mengabulkan 1 permohonan, saat ia ingin memohon "Indraasan" (tahta Dewa Indra) Dewi Saraswati membengkokan lidah kumbakarna sehingga kumbakarna mengucapkan "Neendrasan" (Nindrasaan-Tidur abadi) versi lain mengatakan Kumbakarna gugup melihat kecantikan Dewi Saraswati sehingga salah mengucap permohonannya
Akhirnya Ia diberi anugrah tidur abadi, Dasamuka kakaknya memohon kepada Brahmana untuk menangguhkan anugrah tersebut, akan tetapi Brahmana hanya memberikan keringanan anugrah tersebut menjadi tidur 6 bulan dan bangun 6 bulan.
Pada saat terjadi perang di Ngalengka /Alengka Kumbakarna dalam keadaan tertidur, sehingga dibangunkan dengan cara diinjak2 oleh barusan gajah, ditusuk tombak dan juga diberi wewangian makanan agar terbangun.
akhirnya Ia terbangun dan mendapati situasi ketika kerajaannya diserang. Ia tahu kakaknya melakukan hal yg tidak baik akan tetapi ia maju berperang sebagai senopati, karena ia mencintai Ngalengka dan Ia memberikan jiwa raganya pada Ngalengka
Ia mati oleh busur SRI RAMA dalam perang Ngalengka, cerita RAMAYANA
See also: http://cintabudayaku.blogspot.com/2014/01/kumbakarna-dan-ramayana.html
and http://ow.ly/sWzmx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar